Pernah mendengar istilah anak emas, buaya darat, batang hidung, maupun panjang tangan? Tahukah kalian istilah tersebut dinamakan apa? Anak emas, buaya darat, batang hidung, panjang tangan, dan sebagainya ini disebut sebagai idiom. Apa sih idiom itu? Idiom adalah sebuah bentuk ujaran yang maknanya sudah menyatu dan tidak dapat ditafsirkan baik per kata maupun per kalimat.
Macam-macam idiom
Idiom itu ternyata memiliki banyak macam loh. Apa saja sih macam-macam idiom ini? Idiom ini terbagi menjadi 6, yakni idiom yang terdiri dari bagian tubuh, kata indra, nama warna, nama benda alam, nama-nama binatang, dan bagian tumbuhan.
Idiom yang terdiri dari bagian tubuh merupakan penggunaan idiom yang sering kita dengar. Idiom ini terdiri dari unsur-unsur yang membentuk diri manusia atau biasa kita sebut dengan anatomi tubuh manusia, misalnya jantung, hati, dan sebagainya. Contoh pada kata “rendah hati”. Maksud dari kata rendah hati di sini tidak dapat dimaknai sebagai posisi hati yang rendah atau dimaknai secara per kata, akan tetapi kata “rendah hati” memiliki maknanya sendiri. Kata ini bermakna tidak angkuh atau baik hati. Sama halnya dengan kata “rendah diri”. Kita tidak dapat memaknai kata tersebut menjadi seseorang yang tinggi badannya rendah, tetapi “rendah diri” memiliki makna minder atau kurang percaya diri dengan apa yang dimiliki.
Jenis yang kedua adalah pembentuk idiom terdiri dari kata indra. Selain bagian tubuh, indra yang dimiliki oleh manusia juga dapat digunakan sebagai pembentuk sebuah idiom. Jenis ini juga sering kita dengar dan kita gunakan. Pernahkah kita mendengar di dalam sebuah film, ada tokoh yang digambarkan sebagai “pembunuh berdarah dingin”? Tahukah makna dari ungkapan tersebut? Kata “berdarah dingin” sebenarnya sebuah idiom yang sering kita dengar tetapi kita tidak mengetahui maknanya. Kata “berdarah dingin” memiliki makna yaitu kejam. Kata ini merupakan tanggapan dari indra peraba yaitu dingin yang berubah menjadi indra perasa yaitu kejam.
Jenis yang ketiga yakni nama warna sebagai pembentuk sebuah idiom. Nama-nama warna juga dapat digunakan sebagai pembentuk sebuah idiom, loh. Terus contohnya apa? Pernah mendengar istilah “merah muka”? Nah, idiom tersebut tersusun dari nama-nama warna. Kata “merah muka” memiliki arti marah. Biasanya kita sering menggunakannya pada sebuah tulisan fiksi untuk menggambarkan tokoh saat emosinya sedang meluap-luap.
Jenis yang keempat, nama dari benda alam yang digunakan sebagai unsur pembentuk dari sebuah idiom. Seperti kita ketahui bersama, nama benda alam terdiri dari bulan, bumi, matahari, dan sebagainya. Nama-nama ini juga dapat digunakan sebagai unsur pembentuk sebuah idiom loh. Contohnya pada kata “bulan terang”. Di sini kita tidak bisa memaknai kata “bulan terang” sebagai bulan yang memiliki sinar terang, tetapi kata ini dimaknai sebagai kemujuran yang ditujukan pada seseorang.
Jenis kelima yakni nama binatang sebagai unsur pembentuk sebuah idiom. Tidak hanya nama-namanya yang digunakan, bagian serta sifat dari binatang juga dapat digunakan sebagai unsur pembentuk sebuah idiom. Nama, bagian, serta sifat dari binatang yang dapat diperbandingkan dengan sifat yang dimiliki manusia bisa menjadi sebuah idiom dan sering digunakan di masyarakat. Idiom yang sering kita dengar yakni “ular berkepala dua”. Kata ini memiliki makna munafik yang dapat ditujukan kepada sifat seseorang.
Jenis yang terakhir yaitu bagian tumbuhan. Sama seperti jenis yang sebelumnya, tumbuhan pun dapat dijadikan unsur pembentuk sebuah idiom. Nama-nama maupun bagian dari tumbuhan seperti daun, cabang, buah, dan sebagainya bisa menjadi sebuah idiom seperti pada kata “lidah bercabang”. Kata ini memiliki makna tidak dapat dipercaya. Idiom ini biasa ditujukan pada sifat seseorang yang senang “membocorkan” sesuatu hal terutama suatu hal yang dianggap rahasia.
Selain contoh-contoh di atas, masih ada banyak lagi contoh idiom lainnya. Misalkan, “anak emas” yang berarti anak yang paling disayang, “buaya darat” yang dimaknai sebagai penggemar seorang wanita, “batang hidung” yang berarti tampak/hadir, “keras kepala” yang dimaknai sebagai kerasnya watak seseorang, dan sebagainya. Idiom-idiom ini biasa digunakan untuk memberikan kiasan dalam sebuah penggambaran agar terdengar lebih halus. Mulai sekarang, ketika kita ingin menggambarkan suatu hal atau kondisi alangkah lebih baiknya untuk menggunakan idiom agar terkesan lebih halus.