Sumber: Dokumen Litera

 

Dalam hidup ini kita tidak terlepas dari kegiatan memberi ataupun menerima informasi. Entah sebagai pemberi ataupun penerima, setiap harinya kita akan dihadapkan pada aktivitas ini. Tersalurkannya suatu informasi dari satu pihak ke pihak lain melalui penjelasan verbal yang dilakukan oleh si pemberi informasi merupakan bentuk sebuah presentasi. Semudah itulah sebenarnya untuk memaknai arti dari sebuah presentasi. Namun jika dipersempit lagi, presentasi dapat dimaknai sebagai sebuah aktivitas menjelaskan materi oleh presenter kepada audiens pada suatu forum, misalnya presentasi yang dilakukan oleh mahasiswa di kelas. Berbeda dengan makna presentasi di awal pembahasan tadi, presentasi yang dilakukan oleh mahasiswa harus memiliki persiapan yang lebih matang karena presentasinya bersifat formal.

 

Terhambat Diri Sendiri

Sungguh aneh rasanya jika ada mahasiswa yang asing dengan aktivitas presentasi. Bagaimana tidak? Presentasi layaknya makanan sehari-hari mereka. Membuka laptop, menghubungkannya dengan LCD proyektor, berdiri menjelaskan materi adalah rutinitas seorang mahasiswa. Namun kenyataannya, kerap ditemui adanya mahasiswa yang belum maksimal dalam melakukan daily activity-nya ini. Di lapangan, masih sering ditemui adanya mahasiswa yang belum siap secara mental ketika akan melakukan aktivitas ini. Jika hal ini dialami oleh mahasiswa baru, mungkin berbeda lagi ceritanya. Akan tetapi, untuk mahasiswa yang jam terbangnya bukan pada taraf pemula, akan tampak aneh jika ternyata mahasiswa tersebut kesulitan dalam melakukan presentasi. Namun, bukan berarti tidak boleh ada celah dalam presentasi. Hanya saja, kita semua pasti menginginkan hasil terbaik, bukan?

Tak akan muncul asap jika tak ada api, begitu pula halnya yang terjadi pada mahasiswa saat kesulitan melakukan presentasi. Terdapat kendala-kendala yang muncul sebagai penghambat presenter saat melakukan presentasi. Salah satu kendala tersebut ialah tersusunnya konsep pemikiran yang keliru terhadap diri sendiri, orang lain, dan kondisi-kondisi tertentu. Kondisi seperti ini biasa disebut dengan mental block.

Jika ditinjau lebih dalam, ada banyak wujud mental block yang sebenarnya sering kita alami, tetapi biasanya kita tidak menyadari bahwa kondisi ini sebenarnya berbahaya untuk kita. Misalnya, perasaan takut gagal, takut sukses, malas, tidak berharga, ragu-ragu, takut mencoba, dan masih banyak lagi. Sedikit banyak, kondisi demikian pasti pernah kita alami, bukan?

Lantas, apa yang akan terjadi jika mental block ini masih tetap diberi ruang dalam pikiran kita? Bukan tidak mungkin kondisi ini akan mengubah pola pemikiran kita menjadi serba negatif, bahkan bahayanya lagi adalah kesuksesan tidak mampu kita raih sebab terkunci dalam kondisi seperti ini. Bagi seorang presenter, hal ini sudah pasti menjadi tantangan yang harus dihancurkan.

Sumber: futuready.com

Merdeka dari Mental Block

Presenter perlu berupaya untuk melawan mental block yang dialami. Upaya yang harus dilakukan tidaklah sulit. Dalam buku Presentasi, Why Not? karya Sukma Nurilawati Botutihe pun dijelaskan bahwasanya untuk menghancurkan mental block ini bisa dilakukan oleh diri sendiri. Tepatnya pikiran kita sendiri.

Diawali dengan melakukan introspeksi diri, yakni bertanya kepada diri sendiri. Pertanyaan-pertanyaan yang digunakan pun beragam, misalnya, mengapa muncul pikiran yang keliru?, bagaimana akibat dari pemikiran tersebut?, apakah pemikiran seperti itu memang sudah benar?, dan sebagainya. Hal ini dilakukan agar kita mendapatkan jawaban yang diharapkan mampu memberikan perubahan pada pola pikir kita sebelumnya.

Selanjutnya, kita juga dapat memperkuat jawaban-jawaban tersebut dengan melakukan visualisasi, yakni menghadirkan memori (submodality) tentang hal-hal yang berkaitan dengan mental block yang sedang dialami. Hadirkan memori positif maupun yang negatif yang dimiliki agar dapat melakukan reframing. Dengan melakukan reframing pikiran kita akan berusaha untuk membingkai ulang makna dari kondisi yang dialami, yakni mental block. Terdapat upaya untuk mengubah kembali pandangan (mindset) menjadi lebih positif terhadap kondisi tersebut. Namun, bukan berarti membohongi diri sendiri, tetapi berusaha melihat sisi positif kondisi mental block agar mampu menghancurkannya.

Upaya menghancurkan mental block ini pun tidak akan serta-merta berhasil jika tanpa dibersamai dengan tekad yang kuat dan pelaksanaan yang berulang-ulang. Oleh sebab itu, penting kiranya bagi presenter untuk memupuk tekadnya guna menghancurkan kondisi yang akan mempersulitnya saat melakukan presentasi.

 

Sebagai sosok yang menjadi sorotan ketika melakukan presentasi, sudah semestinya presenter berusaha menyajikan performa yang tidak setengah-setengah. Apa pun kendala yang menghampiri tidaklah boleh menggugurkan tujuannya dalam melakukan presentasi. Bahkan dianjurkan pula dalam buku Presentasi, Why Not? bagi para presenter untuk selalu memiliki rencana cadangan jikalau tiba-tiba mengalami kendala saat melakukan presentasi. Pada intinya, jangan jadikan kendala sebagai alasan kita untuk tidak maksimal melakukan presentasi.

Leave a Reply