Menulis memang tidak bisa dilakukan dengan sembarangan. Agar bisa menghasilkan tulisan yang baik, kamu harus punya kemampuan menulis yang baik juga. Tenang, kemampuan itu bisa dilatih dengan banyak cara, salah satunya adalah dengan belajar dari penulis yang lebih berpengalaman, seperti Margareta Astaman. Siapakah Margareta Astaman itu? Pelajaran apa yang bisa kita ambil dari dia? Kamu bisa menemukan jawabannya dalam artikel ini.
Penulis yang Gemar Bepergian
Margareta Astaman adalah seorang penulis yang suka sekali jalan-jalan. Margareta Astaman atau yang akrab dipanggil Margie ini selalu mencari pekerjaan yang memungkinkannya sering berpergian, dan salah satu profesi yang digelutinya adalah dunia jurnalistik. Setelah lulus dari Jurusan Jurnalistik Nanyang Technological Universitas di Singapura, Margie mencicipi pengalaman jadi pegawai kantoran, yaitu sebagai Country Editor untuk MSN Indonesia, Assistant Vice President untuk Multiply, dan Chief Content Officer untuk IYAA.com. Selain itu, dia juga telah melahirkan beberapa buku, seperti After Orchard, Excuse-Moi, Freshgraduate Boss, dan Stalking Indonesia.
Sumber: goodreads.com
Bekal Menulis Kritis Margareta Astaman
Menulis kritis atau critical writing itu kemampuan menyampaikan gagasan secara kritis lewat tulisan—Margareta.
Menulis itu seperti memasak, ada ramuannya. Tulisan yang kritis tidak hanya melihat dari satu sisi. Menulis kritis bisa membantu pembaca untuk menimbang-nimbang ke arah yang lebih baik. Margie mengatakan bahwa sebelum membuat tulisan kritis, seorang penulis harus memahami beberapa hal berikut ini.
Mengenali audiens
Mengenali audiens atau target untuk tulisan kita sangatlah penting karena diterima atau tidaknya tulisan yang disampaikan bergantung pada siapa target pembaca buku kita. Selain itu, penulis juga bisa mengatur gaya bahasa yang sesuai dengan target sehingga pembaca lebih mudah memahami apa yang kita tulis.
Gagasan utama (mega argument)
Dalam hal ini, Margie mengatakan bahwa gagasan utama dengan opini biasa akan lebih kuat jika didukung dengan beberapa argumentasi pendukung lainnya yang bersifat fakta. Margie juga mengatakan bahwa argumen tidak harus objektif, tetapi juga boleh subjektif asal didukung dengan argumentasi pendukung. Dalam membuat tulisan kritis, pastikan setiap kalimat atau argumentasinya berkesinambungan, masuk akal, dan logis bagi pembaca.
Argumentasi penyeimbang (balancing point)
Sesuai namanya, argumentasi ini berfungsi sebagai penyeimbang tulisan agar pembaca tetap dapat melihat dari berbagai sisi. Argumentasi peyenimbang ini juga bisa dikatakan sebagai argumentasi pendukung.
Kembangkan dengan Mind Map
Setelah menemukan gagasan utama dan penyeimbangnya, langkah selanjutnya adalah meramu gagasan-gagasan tersebut dengan membuat mind map. Dalam tulisan kritis, biasanya menggunakan struktur penulisan segitiga terbalik, di mana informasi penting ditempatkan di bagian awal tulisan hingga yang kurang penting di bagian akhir. Bagian awal biasanya berisi mega argument, kemudian dikembangkan dengan beberapa balancing point, hingga kesimpulan.
Itulah tips menulis dari Margareta Astaman. Dengan panduan kemampuan menulis kritisnya di atas, Margie berharap semua orang yang menulis dapat menjadi pemimpin masa depan yang cakap dan mampu menyampaikan setiap gagasannya dengan baik.