Expressive writing merupakan kegiatan menulis tentang suatu hal yang sangat emosional tanpa perlu memperhatikan tata bahasa ataupun diksi. Expressive writing bukan hanya sekadar menulis biasa. Namun, kegiatan menulis ini menggunakan teori-teori pendekatan. Melalui teori pendekatan tersebut, expressive writing akan menghasilkan hasil yang tepat.
Apa saja teori pendekatan expressive writing? Yuk simak!
Baikie dan Wilhelm menjelaskan teori expressive writing dibedakan melalui dua pendekatan antara lain:
Pendekatan Psikoanalisis
Pendekatan psikoanalisis berhubungan dengan perilaku manusia yang bersumber pada dorongan dari dalam alam ketidaksadaran. Sigmund Freud menjelaskan bahwa konflik yang tidak terpecahkan, represi, dan kecemasan berjalan bersamaan dimana konflik dan kesakitan tidak dapat diselesaikan pada tahap kesadaran karena ditekan dan dilupakan pada tahap ketidaksadaran.
1) Emotional Catharis
Menurut Smyth (1998) secara langsung hasil dari menulis ekspresif akan memberikan pengaruh negatif dibandingkan pada meringankan ketegangan emosional dan manfaat kesehatan yang didapatkan tidak dari berhubungan dengan seberapa banyak emosi negatif dan distres, baik yang tersurat maupun yang dilaporkan setelah menulis.
2) Emotional inhibition and confrontation
Seseorang akan memperoleh keuntungan baik fisik dan psikologis setelah pengungkapan suatu rahasia (Qonitatin, 2011). Melalui menulis ekspresif akan mendorong upaya untuk memikirkan ulang seluruh peristiwa dalam menghadapi trauma dan membantu mengatasi trauma (Pennebaker, 2013).
Pendekatan Behavior
Pendekatan behavior berhubungan dengan tingkah laku manusia yang dapat berubah. Manusia dipandang sebagai individu yang melakukan releksi atas tingkah lakunya sendiri, serta mengatur dan mengontrol perilakunya, dapat mempelajari tingkah laku baru atau mampu mempengaruhi perilaku orang lain (Walker dan Shea, 2011).
Baikie dan Wilhelm (2014) berpendapat bahwa ada beberapa teori yang terkait dengan menulis ekspresif dan termasuk ke dalam pendekatan behavioral di antaranya:
1) Cognitive Processing
Cognitive Processing merupakan salah satu mekanisme potensial yang menunjukkan bahwa menulis ekspresif dapat mengatur dan menyusun memori traumatis, sehingga dapat lebih adaptif terhadap permasalahan yang dihadapi, baik dengan diri sendiri maupun oraang lain (Harber dan Pennebaker, 1992)
2) Repeated Exposure
Lepore (1997) menyatakan bahwa dengan menulis tentang kenangan traumatis secara berulang dapat menghilangkan respon negatif, dengan menulis ekspresif akan terjadi pengungkapan emosi negatif secara berulang.