Sebagai mana yang kita ketahui, Indonesia memberi perhatian yang sangat besar dalam upaya pengentasan buta aksara. Upaya ini ditempuh dengan menyinergikan kinerja dan sumber daya dari berbagai kalangan, baik dari unsur pemerintah pusat, daerah, masyarakat, dan pemangku kepentingan pendidikan keaksaraan.

Sejak para menteri pendidikan mengadakan konferensi tentang Pemberantasan Buta Huruf pada tanggal 8 hingga 19 September 1965, United Nations of Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) menetapkan tanggal 8 September sebagai peringatan Hari Aksara Internasional. Hari ini juga biasa disebut dengan Hari Literasi Internasional. Peringatan ini dilakukan untuk mengingatkan pentingnya literasi menuju masyarakat yang lebih melek huruf.

HAI 2021        

Pandemi Covid-19 yang masih terjadi membuat peringatan Hari Aksara Internasional (HAI) menjadi sedikit bahkan banyak berubah. Peringatan yang biasanya bisa dilakukan dengan mengadakan kegiatan, seperti membuka perpusatakaan mini di suatu daerah terpencil, kini sulit untuk tercapai.

Demi menjaga kesehatan dan mengurangi angka orang yang terinfeksi Covid-19, kita harus menaati dan menjalankan aturan-aturan yang dibuat oleh pemerintah, seperti tidak mengadakan kegiatan yang mengakibatkan orang berkerumun. Oleh karena itu, banyak perpustakaan dan toko buku yang menerapkan aturan ini dengan membatasi orang yang berkunjung.

  

Sumber: kompasiana.com

Namun, hal tersebut juga tidak boleh menjadi alasan untuk tidak merayakan peringatan Hari Aksara Internasional. Seperti yang dikatakan di awal, bahwa peringatan ini diadakan untuk mengingatkan kepada kita betapa penting literasi itu. Selain itu juga agar membuat masyarakat sadar dan melek terhadap aksara yang dapat bermanfaat dalam kehidupannya suatu saat nanti.

Lalu, pertanyaannya adalah bagaimana cara kita untuk tetap mengadakan suatu kegiatan dalam memperingati Hari Aksara Internasional ini tanpa melanggar aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah? Bagaimana kita tetap bisa melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan budaya literasi di Indonesia selama pandemi ini?

Jawabannya adalah dengan memulainya dari diri sendiri. Mengapa demikian? Membangun atau menumbuhkan literasi dapat dilakukan dari skala kecil, yaitu dari individu masyarakat. Dari individu ini kemudian bisa merebak ke masyarakat sekitarnya dengan cara mengajak mereka untuk membaca sebuah buku, misalnya.

Hal tersebut mudah untuk diwujudkan jika akses untuk mendapatkan fasilitas (buku) juga mudah. Apalagi pada era digital saat ini akan lebih memudahkan kita untuk mendapatkan ragam buku digital atau e-book dengan cukup membeli atau meminjamnya dari perpustakaan yang menyediakan aplikasi peminjaman buku, seperti iPusnas.

Selain itu, pemerintah juga mengadakan kegiatan pada perayaan HAI tahun 2021 ini. Pemerintah mengadakan Festival “Foto dan Video Virtual” untuk masyarakat sebagai upaya pembelajaran literasi pada masa pandemi di seluruh Indonesia. Kegiatan festival ini menjadi bagian dari peringatan Hari Aksara Internasional (HAI) 2021.

Literasi Bukan Hanya Aksara

Literasi tidak melulu tentang kemampuan baca tulis saja, tetapi terdapat beberapa kemampuan literasi dasar lainnya yang juga perlu untuk diketahui dan dikuasai. Literasi tersebut adalah literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi budaya, dan literasi finansial.

Sumber: limapagi.id

Literasi numerasi merupakan kemampuan untuk menggunakan berbagai macam angka dan simbol yang berkaitan dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari.

Sementara literasi sains merupakan kecakapan memahami fenomena alam dan sosial di sekitar kita. Penguasaan literasi sains ini penting untuk membantu kita berpikir dengan kritis, menyelesaikan masalah dengan kreatif, bekerja sama dengan orang lain, dan berkomunikasi dengan baik agar siap menghadapi tantangan abad ke-21.

Di zaman modernisasi saat ini, literasi digital penting untuk dikuasai masyarakat. Literasi digital merupakan kecakapan menggunakan media digital dengan beretika dan bertanggungjawab untuk memperoleh informasi dan berkomunikasi.

Selain itu, literasi budaya juga perlu untuk dipelajari dan dikuasai. Pengetahuan dan kecakapan diperlukan dalam memahami serta bersikap terhadap kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa.

Terkahir, literasi finansial, yaitu pengetahuan dan kecakapan untuk mengaplikasikan pemahaman tentang konsep, risiko, keterampilan dan motivasi dalam konteks finansial. Literasi finansial juga perlu dikuasai agar dapat membuat keputusan yang efektif untuk meningkatkan kesejahteraan finansial. Baik individu maupun sosial dan dapat berpartisipasi dalam lingkungan masyarakat.

Kelima literasi di atas perlu untuk kita pahami dan praktikkan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Dengan menyeimbangkan semua literasi yang ada, kita bisa sama-sama meningkatkan literasi bangsa Indonesia menjadi lebih baik lagi.

Keberaksaraan penduduk merupakan hal yang sangat mendasar dalam hidup dan kehidupan ini. Dengan memiliki kemampuan keaksaraan dasar, yaitu membaca, menulis, berhitung, dan berkomunikasi, serta lima literasi dasar lainnya dalam bahasa Indonesia, seseorang dapat lebih memperluas akses pengetahuan dan informasinya dalam berbagai bidang kehidupan. Dengan begitu, impian untuk mewujudkan literasi yang unggul dan berkualitas akan mudah direalisasikan.

Leave a Reply