Peringatan Hari Kartini bisa kita lakukan dengan mengingat kembali makna perjuangan yang dilakukan oleh Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat atau lebih dikenal dengan RA Kartini. Perjuangan untuk membangkitkan dan meningkatkan literasi bangsa Indonesia tentu tidaklah mudah. Akan tetapi, Kartini mampu membuka tabir kegelapan atas diri dan kaumnya. Hingga akhirnya ia mampu membuat buku Habislah Gelap Terbitlah Terang.
Jika menengok ke belakang—saat pemerintahan colonial—perempuan Indonesia selalu mendapat ketidakadilan dalam menjalani kehidupan sehari-harinya. Perempuan dianggap memiliki kekuatan yang bisa menjadi ancaman bagi kaum laki-laki sehingga hal tersebut tidak bisa dibiarkan begitu saja. Kemudian, mulai marak terjadi tindakan merendahkan perempuan di muka umum dengan harapan bahwa perempuan harus terus tunduk terhadap kekuasaan patriarki yang disebarkan pemerintah kolonial saat itu.
Pada tahun awal 1900-an, banyak organisasi pergerakan yang mulai marak digalakkan. Salah satu pergerakan tersebut terpengaruh oleh sosok pembaharu literasi kaum perempuan, yaitu Kartini. Sudah pasti apa yang diperjuangkan Kartini merupakan emansipasi atau kesetaraan hak untuk kaum perempuan dan laki-laki. Bagi Kartini, perempuan Indonesia—terutama perempuan Jawa—terlihat sangat tertindas hak kemanusiaannya, terutama dalam bidang aksara, literasi, dan pendidikan.
Kartini Masa Kini
Peran perempuan dalam keluarga sangat dibutuhkan dalam mendukung proses pembangunan bangsa. Apalagi dalam keluarga, perempuan bisa membangun fondasi fundamental untuk melahirkan masyarakat yang berpendidikan di masa depan. Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI, Muhammad Syarif Bando dalam suatu acara “Peran Kartini Masa Kini dalam Meningkatkan Budaya Literasi”, menyatakan literasi tidak sekadar kemampuan mengenal huruf, kata, dan kalimat saja (Liputan6, 2021).
Dalam acara yang dilaksanakan secara virtual tersebut, Syarif Bando menyampaikan bahwa saat ini literasi memiliki empat tingkatan. Pertama, kemampuan aksesibilitas terhadap sumber-sumber bahan bacaan yang tepercaya untuk menyelesaikan problematika hidup. Kedua, kemampuan memahami apa yang tersirat dan tersurat. Ketiga, kemampuan dalam mengemukakan ide, gagasan, dan inovasi yang baru. Terakhir, kemampuan dalam menciptakan barang dan jasa yang bermutu.
Sebagai generasi penerus perjuangan Kartini, perempuan-perempuan Indonesia terus bergerak bersama agar bisa meraih dan melanjutkan perjuangan kesetaraan Kartini, terutama dalam bidang literasi dan pendidikan. Oleh karena itu, Kartini masa kini dituntut untuk memiliki intelektualitas dan kepekaan yang tinggi. Apalagi masa kini, seorang perempuan selain berperan menjadi ibu rumah tangga, dia juga menjadi seorang pekerja. Para perempuan sudah diberikan kesempatan dan akses untuk menyampaikan pendapat. Oleh karena itu, penting untuk tetap meningkatkan keberanian dalam menyampaikan pandangan dan argumentasi.