Siapa sih yang tidak pernah dihinggapi rasa malas dalam melakukan apa pun? Serajin-rajinnya seseorang, pasti ada satu titik di mana dirinya juga pernah dihinggapi rasa malas. Hal ini juga dirasakan oleh para penulis loh. Penulis juga pernah merasa malas saat menyelesaikan naskahnya. Kalau pernah mendengar istilah “kalau tidak ada tenggat waktu, nggak akan kuselesaikan”, mungkin hal ini juga akan dilakukan oleh penulis. Setiap penulis terutama penulis yang mengikuti kelas-kelas menulis, pasti guru mereka telah memberikan tenggat waktu untuk menyelesaikan naskahnya. Kalau para guru ini tidak memberikan tenggat waktu, kemudian penulis sedang ‘malas-malasnya’ untuk menulis, tidak ada yang bisa menjamin kalau penulis akan menyelesaikan naskahnya.
Malas ini penyakit. Mengapa demikian? Malas ini dapat membuat diri kita semakin buruk. Ketika rasa malas menghinggapi diri kita, seluruh kinerja dan semangat kita akan menurun. Kita akan dipandang sebagai pribadi yang buruk saat kita memanjakan rasa malas tersebut. Rasa malas harus kita lawan dengan berbagai cara. Lantas bagaimana cara melawannya?
Cara-cara untuk Melawan Rasa Malas Saat Menulis
Rasa malas kerap kali menghampiri kita saat menulis. Terlebih lagi ketika kita sudah merasa bosan saat menulis. Kita pasti tidak ingin untuk menyelesaikan naskah yang telah ditulis ketika rasa malas tengah menghampiri kita. Rasa malas bak makhluk gaib yang berusaha memengaruhi kita untuk melakukan hal-hal buruk dan meninggalkan kewajiban kita. Oleh karena itu, kita jangan mau kalah dengan rasa malas yang berusaha memisahkan kita dari kewajiban kita. Kita harus menyingkirkan rasa malas tersebut untuk pergi dari kehidupan kita dengan beberapa cara berikut.
Saat rasa malas menghantui kita, kita harus ingat kembali tujuan kita untuk menulis. Mengapa? Rasa malas ini biasanya datang karena kita tidak memiliki motivasi untuk melakukan sesuatu. Rasa malas tidak datang begitu saja kalau bukan kita yang mengundangnya. Ketika rasa malas ini datang pada kita saat sedang menulis, sebaiknya kita ingat kembali tujuan awal kita menulis. Kita menulis karena pekerjaan atau menulis karena hobi.
Kalau kita menulis karena pekerjaan, kita harus lihat kembali apakah ada tenggat waktu yang diberikan oleh atasan kepada kita. Kalau atasan memberikan tenggat waktu untuk menyelesaikan tulisan, kemudian kita bermalas-malasan, maka jadikan tenggat waktu ini sebagai motivasi kita untuk kembali bersemangat untuk menulis. Tidak baik memang, akan tetapi langkah seperti ini dapat dilakukan untuk memacu kembali semangat kita dalam menulis seperti ungkapan pepatah “kalau tidak ada tenggat waktunya ya tidak akan dikerjakan”.
Saat kita merasa malas, kita harus menjauhkan pikiran kita untuk membandingkan naskah kita dengan karya orang lain. Kok begitu? Iya, sebab ketika kita membandingkan karya kita dengan karya orang lain apalagi karya yang telah ditulis oleh penulis ternama ya otomatis rasa malas dalam diri kita akan semakin menjadi. Kita akan semakin merasa down dengan karya yang telah kita tuliskan. Tak jarang, akan timbul berbagai macam pertanyaan yang membuat diri kita semakin terpuruk, seperti “Wah tulisanku jelek banget ya ternyata kalau dibandingkan dengan penulis-penulis lainnya.”, “Apa karyaku bisa laris di pasaran ya nantinya kalau masih sejelek ini?”, dan sebagainya. Eits, setiap karya itu memiliki kelebihannya masing-masing. Jangan pernah merasa minder dengan karya orang lain terus membuat kita malas untuk terus menulis karena merasa tulisan kita sangat jauh dari kata sempurna. Teruslah menulis tanpa memerdulikan baik atau tidaknya tulisan yang telah kita buat.
Nah, setelah mengikuti beberapa cara di atas kita harus mengetahui langkah selanjutnya untuk membangkitkan semangat kita dalam menulis. Cara membangkitkan semangat sangat berbeda setiap orangnya. Masing-masing orang memiliki caranya sendiri. Ada yang membangkitkan semangat dengan me time atau quality time dengan orang terdekat. Ada yang melakukan hobinya misalkan harus memasak makanan favoritnya dulu sebelum memulai menulis. Ada juga yang melampiaskannya dengan tidur. Kalau semangat kita ini sudah terkumpul dalam diri kita, jangan sampai kita menunda-nunda untuk melanjutkan menulis agar rasa malas ini tidak kembali dalam diri kita.