Sumber: Middle East Online

 

Beberapa hari lalu, tepatnya tanggal 14 September 2022, diperingati sebagai Hari Kunjung Perpustakaan. Sudahkah kamu berkunjung ke perpustakaan?

Bagi sebagian orang, perpustakaan dianggap sebagai tempat yang membosankan karena hanya dipenuhi buku-buku dengan aroma kertas tua menguar di udara. Namun bagi para bibliofilia, perpustakaan ibarat surga dunia. Deretan buku yang berjajar, suasana hening yang menyelimuti ruangan, dan aroma khas kertas buku yang kecokelatan memberikan kenyamanan tersendiri.

Nah, sebelum perpustakaan berwujud seperti yang ada sekarang ini, ternyata dulu model perpustakaannya berbeda lho, mulai dari rupa bangunannya, koleksi yang disimpan, hingga jejak literasi yang ditinggalkan. Yuk ikuti perjalanan menjelajah perpustakaan pertama di dunia berikut ini!

 

Sejarah Asyurbanipal, Perpustakaan Pertama di Dunia

Sumber: allmesopotamia.wordpress.com

Berbicara tentang perpustakaan pertama di dunia, sebenarnya tidak bisa ditentukan secara pasti perpustakaan apa yang paling pertama ada. Hal ini karena terdapat perbedaan pendapat dari kalangan arkeolog sendiri terkait penentuan usia bangunan perpustakaan yang ditemukan. Namun, ada satu bangunan yang diyakini sebagai perpustakaan tertua di dunia, yaitu Perpustakaan Asyurbanipal.

Perpustakaan Asyurbanipal diperkirakan dibangun tahun 669—636 SM. Letaknya berada di Kota Niniwe, ibu kota Kekaisaran Asyur atau Asiria (saat ini masuk ke wilayah Irak). Perpustakaan ini diyakini sebagai tempat penyimpanan lebih dari 30.000 koleksi literasi berbahasa Akkadia dan Sumeria yang pada masa itu masih berupa tanah liat, daun, prisma batu, segel silinder, hingga papan tulis dari kayu yang berlapis lilin (disebut diptych).

 

Bangunan Perpustakaan Asyurbanipal

Sumber: gettyimages.com

Pada era kekaisaran zaman dulu, perpustakaan merupakan simbol keagungan keluarga bangsawan sehingga hanya keluarga para raja yang dapat mengakses pustaka di dalamnya. Perpustakaan Asyurbanipal ini juga demikian, isi pustaka di dalamnya pada masa itu berisi informasi yang dibutuhkan oleh raja dan para pejabat tinggi saja. Maka dari itu, tak heran jika bangunan perpustakaan dibuat sangat megah karena memang dikhususkan bagi kalangan atas.

Bangunan kuno Asyurbanipal sebenarnya sudah banyak yang berupa reruntuhan, mengingat usianya telah berabad-abad. Namun bangunan utamanya masih ada di daerah Mosul, Irak saat ini. Sebagaimana bangunan kerajaan zaman dulu, di dindingnya juga ada relief peninggalan bangsa Neo-Asyur.

 

Jejak Literasi Peninggalan Asyurbanipal

Sumber: wikiwand.com

Jika perpustakaan masa kini lebih didominasi oleh koleksi dari para penerbit buku, tidak demikian dengan perpustakaan pada masa dulu. Selain menyimpan koleksi kesusastraan, perpustakaan di zaman lampau juga menyimpan catatan bersejarah dan rahasia kerajaan, seperti catatan administrasi atau strategi perang.

Di antara peninggalan bersejarah Perpustakaan Asyurbanipal yang terkenal, yaitu teks-teks dari bangsa Babilonia dan Asyur seperti epos Gilgamesh. Selain itu, ada pula naskah-naskah religi seperti catatan doa, liturgi, lagu kultus, dan catatan cerita exorcism untuk keperluan pengusiran setan.

 

Peninggalan Perpustakaan Asyurbanipal di Bidang Astronomi

Sumber: dreamstime.com

Perpustakaan Asyurbanipal juga meninggalkan jejak literasi dalam bidang astronomi dan ramalan, khususnya laporan extispicy dari bangsa Neo-Asyur. Peneliti menemukan pula catatan medis berisi kajian tentang penyakit khusus pada manusia dan tumbuhan beserta penyembuhannya. Sebuah catatan yang relatif lengkap tentang medis, apalagi jika membayangkan pengkajiannya dilakukan beratus tahun sebelum Masehi.

 

Itulah sedikit informasi tentang perpustakaan pertama di dunia, Asyurbanipal. Dari sini, dapat ditunjukkan bahwa pustaka dan perpustakaan merupakan bagian penting dari sebuah peradaban. Meskipun peradaban Asyur sudah tidak ada lagi sejak beribu tahun silam, tetapi jejaknya masih tersimpan rapi melalui peninggalan bangunan Asyurbanipal. Hingga kini, artefak lain yang diyakini sebagai bagian Asyurbanipal masih terus digali oleh para peneliti untuk menguak informasi sejarah lainnya.

Kamu pun bisa turut meninggalkan jejak peradaban dengan cara menulis buku. Mulailah berani untuk memublikasikan karyamu ke penerbit lokal dulu, seperti penerbit buku Malang dan sebagainya, jika belum percaya diri untuk mengirim ke penerbit nasional. Siapa tahu suatu saat nanti, buku karyamu bisa terpajang di rak perpustakaan umum dan menjadi salah satu koleksi penting di sana.

Bagikan Ke:
Leave a Reply

Shopping cart

0
image/svg+xml

No products in the cart.

Continue Shopping