Ayu utami atau yang memiliki nama lengkap Justina Ayu Utami dikenal sebagai novelis yang mendobrak kemapanan, khususnya mengenai seks dan agama. Ayu pernah mengenyam pendidikan di S-1 Sastra Rusia dari Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Selain itu, Ayu juga pernah bersekolah di Advanced Journalism, Thomson Foundation, Cardiff, UK dan Asian Leadership Fellow Program, Tokyo, Japan.

Sebelum menjadi seorang novelis, Ayu pernah menekuni profesi sebagai wartawan di Matra, Forum Keadilan, dan D & R. Dari situlah ia mendapat banyak kesempatan menulis. pada tahun 1991, Ayu aktif menulis kolom mingguan “Sketsa” di harian Berita Buana. Tak hanya itu, ia bahkan ikut menidrikan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan Komunitas Utan Kayu, sebuah pusat kegiatan seni, pemikiran, dan kebebasan informasi.

Setelah berhenti menjadi wartawan, Ayu memutuskan untuk mencoba menulis novel. Novel pertama yang dtulisnya adalah Saman (1998). Melalui karyanya ini, Ayu mendapat banyak perhatian dari pembaca dan kritikus sastra karena novel yang ditulisnya dianggap sebagai novel pembaru dalam dunia kesusastraan Indonesia. Akan tetapi, dengan novelnya ini Ayu telah berhasil memenangi Sayembara Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta 1998. Meski menekuni sebagai novelis, tetapi Ayu juga pernah menulis esai yang kerap dipublikasikan di Jurnal Kalam.

Anda pasti ingin tahu bukan bagaimana Ayu Utami saat menulis. Berikut ini beberapa tips dari Ayu Utami untuk para penulis fiksi pemula.

  1. Perintah dan larangan bukan halangan untuk kreatif

Untuk penulis pemula amupun yang sudah mahir, Ayu berpesan untuk tidak takut dalam mencoba. Jangan jadikan perintah dan larangan dalam menulis sebagai penghambat untuk kreatif. Hukum di dunia kreatif itu tidak bersifat perintah dan larangan.

  1. Proses kreatif tidak bisa dipaksakan

Menulis itu harus dibiasakan. Akan tetapi, bukan berarti harus dipaksakan. Jika itu dipaksakan itu artinya menulis menggunakan alam sadar. “Untuk jadi petinju, itu gak tiba-tiba. Otot-otot harus melakukan latihan dan pemanasan dulu, gak langsung bisa meninju gitu.” Ujarnya dalam sebuah pertemuan di tahun 2019 lalu. Oleh karena itu, menulis juga tidak bisa dipaksakan langsung kreatif. Untuk bisa kreatif, memerlukan latihan dan pembiasaan diri.

  1. Tulis, diamkan, baca lagi!

Tulislah apa saja yag ingin ditulis. Setelah itu, jangan langsung membacanya kembali dari awa. Diamkan terlebih dahulu, setidaknya beri jeda dua atau tiga hari. Kemudian baca kembali tulisan tadi. Dengan membacanya lagi, pasti menemukan kesalahan atau tulisan yang dirasa tidak diperlukan. Nah, tulisan-tulisan tersebut bisa diedit atau dihapus.

Bagaimana? Apakah Anda sudah mulai semangat dan termotivasi untuk menulis lagi setelah membaca tips dari Ayu Utami di atas?

Jangan berpikir panjang. Yuk, menulis!

Bagikan Ke:
Leave a Reply

Shopping cart

0
image/svg+xml

No products in the cart.