Sumber: Liputan6.com

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang mejadikannya abu

Begitulah penggalan sajak dari Sapardi yang mungkin tak asing di kalangan para muda-mudi. Tak terkecuali kamu juga, bukan? Dengan bahasa yang lugas tapi mengena di hati, Sapardi menuliskan untaian demi untaian kata dalam sajaknya. Mungkin gaya ini juga pernah kamu gunakan dalam menulis puisi-puisimu. Namun, mengapa puisimu tak terdengar maupun tak terasa sama dengan Sapardi? Mungkin karena kamu belum menerapkan hal berikut ini.

Membuat Jarak

Ketika kamu membuat sebuah sajak, berilah jarak emosional terhadap apa yang kamu tulis. Sapardi Djoko Damono biasa menyebut hal ini dengan jarak estetis. Yakni membuat jarak terhadap peristiwa yang menjadi sumber inspirasi. Misalnya, ketika sedang marah, jatuh cinta, atau sedih, Sapardi tidak akan menulis sajak ketika masih berada dalam peristiwa-peristiwa itu.

Mendekatkan Sajak dengan Dunia Sekitar

Menulis sajak bukanlah perihal mengawang-awang atau membayangkannya setinggi langit. Namun, menulis sajak adalah bagaimana kamu mampu menyadari dan mencermati hal-hal sederhana di sekitarmu kemudian menuangkannya dalam sebuah karya. Sastra bukanlah sesuatu yang dipaksakan melainkan ciptaan yang dapat dihayati. Mulailah mencermati lingkunganmu, keluargamu, temanmu, atau mungkin penulis buku Malang di sekitarmu.

Menyatakan Perasaan dengan Samar

Apakah kamu menyadari bahwa elemen penting dalam menulis sajak adalah menyatakan perasaan dengan samar? Ya, nyatakan perasaan dengan samar, sederhana, dan menyatu dengan lingkungan sekitarmu. Bagi sebuah sajak, samar adalah hal yang unik. Sebuah sajak juga akan berhenti menjadi sajak bila mampu dimaknai dengan gamblang.

Tidak Tergelincir pada Sajak Gelap

Salah satu hambatan yang muncul dalam penulisan sajak adalah tergelincir pada sajak gelap. Tergelincir pada sajak-sajak yang kamu ciptakan sendiri dapat menjadikan sajakmu hilang kontak dengan para pembacamu. Bila menemui hambatan ini, segera atasi hambatan tersebut dengan membaca kembali sajakmu, renungkanlah, dan ingat tiga poin di atas.

Menghindari Plagiat Diri Sendiri

Hal ini mungkin sering kamu lakukan, padahal sebaiknya dihindari. Apalagi kalau bukan plagiat diri sendiri. Mungkin kamu merasa itu adalah hal yang wajar karena toh yang kamu tiru juga adalah karyamu sendiri. Apalagi jika kamu adalah seorang ghostwriter dan sudah banyak karya yang kamu tulis. Kamu mungkin merasa meniru satu atau dua karyamu sebelumnya tidaklah masalah. Namun, bagi Sapardi hal ini justru membuat kreativitasmu memendek hingga hanya jalan di tempat. Oleh karena itu, perbanyak wawasanmu, perluas perbendaharaan katamu, sajak semestinya bukanlah tentang hal-hal yang serupa.

Bagaimana, apakah kamu sudah mencoba kelima hal di atas? Lalu, apakah sajakmu sudah layaknya sajak-sajak sederhana Sapardi Djoko Damono. Bila belum, tak usah berkecil hati. Mungkin kamu perlu untuk beristirahat sejenak dan membaca berbagai sajak dari para penyair hebat lainnya. Dengan demikian, wawasanmu akan semakin bertambah dan kamu satu langkah lagi menuju sajak sederhana ala dirimu sendiri.

Bagikan Ke:
Leave a Reply

Shopping cart

0
image/svg+xml

No products in the cart.